Pada suatu sore yang terik di Kota Padang sekitaran 2 tahun silam, berkumpul 3 sekawan satu kampus disebuah kos-kosan yang biasa mereka jadikan tempat bercengkrama dan beristirahat disaat jam perkuliahan telah usai. Sebenarnya intens perkuliahan mereka sudah mulai berkurang, karena mereka semua mulai disibukan dengan tuntutan menyelesaikan tugas akhirnya tepat waktu sebelum standar kelulusan sarjana yang pada umumnya 4 Tahun saja. Mereka tertawa bersama-sama hingga perbincangan yang berujung debat kusir karena 3 sekawan ini masing-masing punya pikiran dan pandangan yang berbeda terhadap suatu hal tertentu. Hingga salah satu dari mereka yang bisa dibilang lebih pintar dari kawannya yang lain, mencoret dinding kamar kosan itu dengan sebuah road map jika dia lulus apa saja yang akan dilakukan dan kapan saja itu akan dilakukannya. Kami masing-masing pun melakukan hal yang sama, masing-masing mencoret dinding itu untuk memperbandingkan siapa yang akan lebih berat tujuannya setelah lulus dan apa saja hal-hal hebat yang akan diraih kedepannya.
Dalam road map yang mereka buat, masing-masing punya impian dan harapan tersendiri, seperti melanjutkan magisternya di kampus ternama, meraih beasiswa keluar negeri, hingga jika rencana tak terealisasi, apa hal yang akan dilakukannya pun dituliskannya disebuah dinding kusam tersebut. Hingga akhirnya coretan besar terpampang didnding itu, sebagai pengingat harap serta impian bersama, bahwa jalan masih panjang bagi 3 Mahasiswa tingkat akhir tersbut. Sejalannya waktu, masing-masing dari mereka pun terpisah oleh ruang dan waktu, masing-masing mulai berjalan menempuh impian dan harapannya masing-masing.
2 Tahun sudah tak bertemu, saling berkomunikasi via sosial media sebagai penyambung silaturahmi persahabatan yang terkadang sangat dirindukan, terlebih ketika meminum teh talua, minuman khas daerah yang sering kami nikmati bersama, kini tiada lagi momen untuk berkumpul bertiga sambil mengulangi masa-masa muda yang penuh dinamika. 2 dari 3 sekawan ini sempat bertemu di Ibukota, saat mereka berdua mencoba meraih mimpi dengan modal percaya diri sebagai modal awal dalam menaklukan mimpi-mimpinya. Namun tak lama mereka pun terpisah lagi karena salah satu diantara mereka pulang kembali ke kampung halaman untuk menjaga orang tuanya dan mencoba peruntungan dengan mengikuti tes pegawai negeri yang diselenggarakan secara seremtak di seluruh Indonesia. Suatu pesan masuk di whatsapp salah satu dari mereka, berisi sebuah gambar bahwa dia telah kembali ke kosan lama itu. Kosan yang penuh peluh tawa dan perdebatan ketika mereka bertiga berdebat kusir hingga larut malam. Dan ternyata, isi gambar tersebut adalah sebuah foto dinding coretan mereka bertiga yang baru saja diperbaharui tujuan road mapnya oleh salah satu diantara mereka..
Perlahan mereka bertiga melupakan sejenak impian untuk melanjutkan sekolahnya demi bertahan dikehidupan yang dimana bekerja adalah suatu keseharusan karena segalanya butuh uang walau uang bukan segalanya. Tanpa aba-aba, ternyata mereka ber3 sama-sama mengikuti seleksi nasional penerimaan pegawai negara, diantara mereka ada yang berhasil hingga tahap akhir dan ada juga yang gagal namun tetap semangat dalam meraih mimpinya. Mungkin segala sesuatu sudah ditakdirkan, namun takdir dapat dirubah jika ada usaha dan kemauan untuk merubah takdir itu sendiri. Terakhir, mereka bertiga membuat grup whatsapp kembali untuk saling mengingatkan satu sama lain, bahwa impian bersama untuk segera melanjutkan magister jangan diabaikan. Sampai hari ini, mereka masih saling merindukan walau salah satu yang rindukan adalah debat kusir yang tak kunjung usai.. Sekian
1 Komentar
The History of the Casino - One of the Most Popular Casinos
BalasHapusA relative newcomer deccasino to the world 출장샵 of online kadangpintar gambling, Wynn Las Vegas opened its doors to a poormansguidetocasinogambling.com new audience of over 600,000 in 2017. This casinosites.one was the first casino